Ilustrasi: Logo Shopee

THENEWSULSEL.COM-Tagar #ShopeeBunuhUMKM ramai dibicarakan di media sosial. Platform e-commerce ini banyak dikomplain karena dinilai banyak menyediakan barang-barang impor di aplikasinya sehingga mematikan UMKM.

Di saat bersamaan, Presiden Jokowi menggaungkan kampanye benci produk asing. Seruan Jokowi itu dilatarbelakangi oleh praktik perdagangan tak sehat di e-commerce yang membunuh UMKM lokal.

Meski begitu, Jokowi tidak menyebut aplikasi e-commerce apa yang membunuh UMKM.

Shopee Bakal Ciptakan 500 Ribu Eksportir

Di tengah situasi itu, Presiden Komisaris SEA Group Indonesia (pemilik Shopee Indonesia), Pandu Sjahrir berjanji, akan menciptakan 500 ribu eksportir pada 2030. Langkah keponakan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan itu mendapat pujian dari Ketua MPR Bambang Soesatyo.

"Salut kepada Mas Pandu Sjahrir pemilik Shopee Indonesia yang akan menggandeng pemerintah melahirkan 500 ribu eksportir pada 2030. Melalui Sekolah Ekspor, kerja sama Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dengan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (SMESCO), didukung Kemenkop UKM dan Kementerian Perdagangan," kata Bambang Soesatyo seperti dikutip kumparan dari akun Instagram resminya, Minggu (7/3).

Bambang pun meminta platform e-commerce lainnya melakukan langkah serupa untuk mendongkrak ekspor Indonesia. Ia berpesan agar platform e-commerce jangan jadi gerbang masuk produk impor.

"Saya berharap Langkah ini diikuti berbagai platform e-Commerce lainnya seperti JD.Id, Lazada, Tokopedia, Bukalapak dan lainnya. Sekali lagi, salut kepada Shopee,” tegasnya.

Seruan Jokowi Benci Produk Asing

Sebelumnya, Jokowi menjelaskan bahwa ajakan benci produk asing merupakan bentuk perlindungan pemerintah terhadap produk lokal. Ajakan ini juga sebagai bentuk perlawanan Indonesia terhadap praktik ketidakadilan dalam perdagangan dunia.

Menurutnya, gempuran produk asing atau produk impor harus diwaspadai. Sebab dalam praktiknya sering ditemukan produk asing harganya jauh lebih murah daripada produk dalam negeri sehingga mematikan UMKM domestik.

“Kita juga tidak boleh menjadi korban unfair practice dari perdagangan dunia. Kita juga enggak mau itu,” ujarnya.

Sebelum Jokowi, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi lebih dulu menyinggung soal aktivitas penjualan e-commerce yang tidak sehat. Dia menyebut banyak kejanggalan dalam perdagangan marketplace atau e-commerce di Indonesia.

Dalam konferensi pers Kemendag secara virtual, Lutfi menyebut marketplace di Indonesia semakin tidak terkendali lantaran perdagangan yang dilakukan secara digital ini tidak terlihat siapa pihak penjual dan orang yang dihadapi. Berbeda dengan perdagangan antar dua negara yang jelas keterangan negara asal atau origin of country.

Baca: Forbes Masukkan Bank BUMN Satu Ini Dalam Daftar Perusahaan Kelas Dunia

Baca: Induk Shopee Akuisisi Saham Bank BKE, untuk Transformasi ke Bank Digital?

Baca: Lowongan Kerja di Jepang, Gaji Rp 26 Juta, ini Syarat dan Cara Daftar

"Banyak sekali terjadi kejanggalan yang menurut kami ini tidak boleh dikerjakan. Karena kalau dalam pasar antara 2 negara jelas ya, orangnya jelas, siapa penjualnya, siapa yang dihadapi jelas. Nah dalam marketplace digital ini saya tidak melihat orangnya," kata dia, Kamis (25/2).(*)


Baca juga