Ilustrasi: Bank Indonesia

DENPASAR,THENEWSULSEL.COM- Ketua Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Provinsi Bali, I Made Ariandi membantah anggapan bahwa banyak transaksi bisnis yang menggunakan mata uang asing dolar di Bali. Menurutnya, transaksi dengan dolar hanya dalam hal perdagangan internasional.

"Coba kita pakai logika. Kita berdagang, ada order, terus masih harus pakai rupiah, malas pasti mitra bisnis kita untuk berfikir. Khan maunya dia suka dengan barang kita, sudah disepakati satu barang sekian dolar misalnya, jadi transaksinya sudah pakai dolar dan sudah biasa terjadi sejak jaman orde baru malahan," kata Ariandi saat dikonfirmasi, Jumat (5/2/2020).

Sebelumnya Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas saat menanggapi kasus Zaim Saidi yang ditangkap karena bertransaksi dengan Dirham dan Dinar menyatakan, transaksi di Indonesia haruslah mempergunakan mata uang rupiah karena rupiah adalah alat pembayaran yang sah di Indonesia. Namun seperti di Bali banyak transaksi yang menggunakan US Dolar untuk memberi kemudahan pada turis.

Ariandi menuturkan, sebagai daerah pariwisata yang ekonomi atau transaksi perdagangannya mayoritas dengan warna negara asing (WNA), menggunakan mata uang asing menjadi sulit terhindarkan demi kemudahan. Apalahi perdagangan yang sifatnya besar dan melibatkan ekspor barang.

"Sekarang cara berfikirnya seperti ini, di Bali pedagang yang memang internasional semuanya pakai dolar, karena orientasinya ekspor. Bali perdagangannga kan di topang dengan ekspor, jadi orientasinya transaksinya menggunakan itu. Karena barang kita selalu dibeli. Dan itu hal yang umum di dunia internasional," terangnya.

"Apalagi sekarang jaman digital atau e-money itu sangat sulit dikendalikan, sulit di prediksi. Kalau perjanjiannya dengan asing, itu bisa dimungkinkan dolar," tuturnya.

Meski begitu, Ariandi menggarisbawahi bahwa tak semua proses perdagangan di Bali menggunakan dolar. Tempat usaha yang skalanya kecil seperti restoran ataupun pusat pariwisata lain, tetap menggunakan rupiah. Itu sebabnya, tempat-tempat Money Changer di Bali banyak sekali ditemukam.

"Operasional seperti restoran atau usaha usaja kecil, itu masih menggunakan rupiah. Nanti biasanya kalau ada tamu mau pakai uangnya dia misalnya, itu kan ada tour guidenya yang mengkonversi melalui money changer. Karena sebelum berangkat tour itu biasanya di hotel juga ada money changer, jadi misalnya berapa dja perlu uang untuk tour hari ini, disana ditukar dulu dolarnya," pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho juga membantah adanya transaksi menggunakan mata uang asing di Bali. Menurutnya, sesuai amanat UU, transaksi tetap menggu rupiah.

"Sudah tidak ada lagi transaksi dengan mata uang asing, kan sekarang juga sudah ada UU Mata Uang, dan rupiah mata uang yang digunakan. Di hotel-hotel kuitansinya juga rupiah, wisatawan menukar dolarnya dulu ke rupiah," kata Trisno.

Baca: Transaksi Syariah Kian Diminati, Ini Ada 4 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Sedangkan, untuk proses perdagangan internasional seperti ekspor dan import, mata uang yang digunakan tergantung kesepakatan diantara kedua belah pihak atau dari importirnya. Bahkan, menurut dia, hal yang seperti tidak hanya terjadi di Bali, tapi juga dunia internasional secara luas.

"Perdagangan luar negeri itu dimana pun sama pakai US Dolar yang dipakai. Kecuali memang ada ada bilateral currency. Tapi itu pun di konversi ke rupiah jika sudah masuk ke Indonesia," singkatnya. (*)


Baca juga