Ketua MPR Minta Nurdin Abdullah Kembangkan Dewa-Dewi dan Dedi, Program Apa itu?

THENEWSULSEL.COM, MAKASSAR - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) meminta agar Gubernur Sulsel turut mengembangkan pembangunan desa melalui Program Dewa, Dewi, dan Dedi. 

Dewa adalah program Desa Wisata Agro. Sedangkan Dewi adalah Desa Wisata Industri dan Dedi adalah Desa Digital. 

Tiga nama program ini merupakan istilah terkait pembangunan desa dan agar tercipta pemerataan ekonomi. 

"Ada tiga program pemerintah yang juga patut Pak Gubernur kembangkan. Ada Dewa, Dewi dan Dedi," kata Bamsoet saat acara makan malam di Rumah Jabatan Gubernur Sulsel, Sabtu (19/12/2020).

Menurutnya, pembangunan desa dan pemerataan ekonomi adalah hal yang dibutuhkan saat ini. Melihat potensi yang dimiliki setiap desa. 

Baca: Muktamar PPP: Suharso Monoarfa Tunjuk Amir Uskara Formatur Susun Pengurus DPP

Baca: Ketua MPR RI Kaget Lihat Puskesmas di Makassar, Datang Pantau Simulasi Vaksin

Serta masyarakat desa saat ini juga sudah mengenal teknologi informasi. Jika "dikawinkan" akan mendatangkan maanfaat yang baik.

"Sekarang sudah berubah. Tetap bekerja di desa dengan laptop, bahkan hanya dengan sebuah handphone, dia bisa menjual hasil produknya. Sehingga pola ke depan, bisnis Indonesia ini akan kembali ke desa," sebutnya. 

Baik Desa Wisata Agro dan Desa Wisata Industri juga dimiliki Sulsel. Misalnya era sosial media saat ini juga harus dimanfaatkan untuk mempromosikan suatu objek wisata.

"Anak-anak kita main yang instagramable, cukup bikin Instagram dengan objek yang baik, bisa menarik uang. Dan mereka tidak butuh waktu lama, datang foto-foto, sebentar pulang. Itulah sekarang gaya wisata kita, memburu tempat menarik dan spesifik," ucapnya.

Baca: Lowongan Kerja BUMN untuk Lulusan S1 atau S2 Semua Jurusan

Untuk Dedi (Desa Digital) belum semua desa mendapatkan akses jaringan data yang memadai. Sehingga masih harus terus mendorong pemerintah pusat memperbaiki jaringan internet sampai ke pelosok desa. 

"Kita ingin mengandalkan internet tetapi sering kali terganggu karena jaringannya buruk. Sehingga menteri pendidikan yang membayangkan belajar merdeka pun itu terkendala, karena anak-anak kita yang di desa tidak terjangkau internet dalam mengirim data dan gambar," pungkasnya. (*)