Ilustrasi: Jejak Digital

THENEWSULSEL COM - Selama hampir dua tahun pandemi berlangsung, selama itu juga transformasi digital terus mengalami percepatan.

Terutama memengaruhi bagaimana masyarakat berinteraksi di dunia digital menjadi sangat cepat.

Mulai dari belajar, bekerja, transaksi keuangan, hingga membeli tiket pun saat ini dilakukan melalui mobile di layar ponsel.

"Saking cepatnya, ada masyarakat yang belum memanfaatkan digital ini sesuai etika," kata Syarief Hidayatulloh, Digital Marketing Strategic Hello Morning Monday saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat I, melalui siaran pers seperti dikutip dari Industry.co.id.

Hal tersebut dapat dilihat dari survei yang dilakukan oleh Microsoft menyebut masyarakat Indonesia sebagai netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara.

Hal tersebut menjadi predikat buruk yang diakibatkan dari komentar, cyberbullying, ujaran kebencian, hingga hoaks yang ada di media sosial. Masalah tersebut menjadi serius karena jejak digital yang ada di media sosial dan internet tidak bisa hilang.

"Mulailah memanfaatkan teknologi ini secara etika, karena kalau tidak bisa-bisa karier atau masa depan Anda bisa hilang," kata Syarief

Inilah salah satu kesimpulan yang dilakukan YouGov, menurut survei yang dipublikasikan di situs World Economic Forum tersebut perusahaan akan memeriksa latar belakang dan identitas pribadi di sosial media pelamar.

Hampir semua perekrut tidak ingin mempekerjakan pegawai yang memiliki unggahan kata-kata kasar, sering memposting hal negatif, atau berbagi informasi hoaks, karena itu bijaklah dalam bermedia sosial.

Syarief mengatakan agar membangun kualitas diri dalam hal memiliki etika digital, berilmu dan berdaya sehingga bisa menjadi pribadi unggul di lingkungan. Namun unggul di sini bukan dari kemampuan dan kecerdasan diri sendiri, sebab di era digital ini diperlukan kolaborasi atau dengan tim kerja.

"Penerapan kolaborasi digital ini menjadi salah satu kemampuan yang harus dimiliki setiap orang di masa kini. Terutama di masa pandemi Covid-19, penerapan kolaborasi digital sangat dibutuhkan untuk kegiatan bisnis dan mendukung aktivitas masyarakat," tukasnya.

Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat I merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi.

Baca: Lakukan 7 Tips Ini Agar Pandai Berbicara di Depan Banyak Orang, Luwes dan Nggak Minderan

Baca: Ingin Keluar dari Grup WhatsApp Tanpa Ketahuan, Begini Caranya

Di webinar kali ini hadir pula narasumber lainnya yaitu Klemes Rahardja, Founder The Enterpreneurship, Aditya Nova Putra, Ketua Jurusan Hotel & Pariwisata IULI, dan Rino, Kaprodi Teknik Informatika Universitas Buddhi Dharma.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama.

Baca: Main di Darat, AirAsia Resmi Bikin Ojol dan Taksi Online, Pesaing Baru Gojek-Grab

Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.(*)


Baca juga