Erick Thohir

JAKARTA,THENEWSULSEL COM - Saat ini kendaraan listrik semakin diminati oleh masyarakat dunia.

Hal ini lantaran kendaraan listrik tidak menghasilkan karbon dioksida (CO2) seperti bahan bakar fosil.

Karbon dioksida yang mayoritas berasal dari bahan bakar fosil saat ini telah mengakibatkan adanya krisis iklim.

Sebelumnya, pemerintah mengatakan salah satu produsen otomotif asal Amerika Setikat (AS) Tesla akan menjajaki investasinya di Indonesia.

Namun, Tesla memilih India sebagai pendirian pabrik mobil listrik dan menunjuk negara Kaledonia sebagai produsen nikel untuk mobil listriknya.

Terbaru, Indonesia meresmikan holding baterai kendaraan bermotor listrik untuk membangun kekuatan di hulu dan hilir industri ini dengan nama Indonesia Battery Corporation (IBC).

Holding terdiri dari empat perusahaan BUMN sektor pertambangan dan energi yakni Mining Industri Indonesia (MIND ID), Aneka Tambang, Pertamina dan PLN dengan komposisi saham masing-masing 25 persen.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pemerintah ingin memaksimalkan potensi sumber daya mineral di Indonesia dengan menciptakan nilai tambah.

"Momentum Covid-19 ini menjadi penting pada pembentukan usaha berbasis nikel. Kita tidak kalah dengan China, Amerika dan Korea, bisa menjadi pemain global," kata Erick seperti dikutip dari Anadolu Agency.

"Selain itu mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik akan memberikan kontribusi terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan," ujarnya.

Pembentukan IBC ditandai dengan penandatanganan perjanjian pemegang saham yang dilangsungkan pada 16 Maret lalu.

Menurutnya, Indonesia adalah pemain besar industri ini yang memiliki 24 persen dari total cadangan nikel dunia.

Di sektor hilir, Indonesia memiliki pangsa pasar kendaraan roda dua hingga 8,8 juta unit dan roda empat sebanyak 2 juta pada 2025.

Dengan keunggulan rantai pasokan ini, pemerintah meyakini setidaknya 35 persen komponen EV bisa berasal produk lokal.

IBC menurut Erick akan terbuka dengan pihak ketiga yang menguasai teknologi dan pasar global.

"Kerja sama terbuka mulai dari pengolahan nikel, material precursor dan katoda, hingga battery cell, pack, energy storage system (ESS), dan recycling," ucapnya.

Saat ini menurut Erick, IBC bekerja sama dengan perusahaan asal China Contemporary Amperex Technology (CATL) dan perusahaan Korea Selatan, LG Chem.

"Sudah penjajakan pada beberapa perusahaan global di industri baterai EV, seperti dari China, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Eropa," kata Erick.

Menurutnya, IBC tetap membuka kerja sama dengan perusahaan lain dengan tiga kriteria, yaitu mendatangkan investasi pada value chain, teknologi, dan mempunyai pasar regional maupun global.

Investasi Senilai Rp245 Triliun

Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury memperkirakan total investasi yang dibutuhkan IBC bisa mencapai 17 miliar dolar AS atau sekitar Rp245,1 triliun.

Baca: Erick Thohir Prediksi Bisnis Pom Bensin Akan Terbenam, Bukan Nakut-nakutin

Baca: Pengusaha Asal Indonesia Ini Akuisisi 51 Persen Saham Perusahaan Nikel Singapura, Nilainya Rp 1,12 T

"Kita bukan hanya membangun satu pabrik, tapi bagaimana Indonesia memang bisa menguasai mulai dari mining hingga smelting," kata Pahala.

Baca: Arab Saudi Masih Pertimbangkan Tunda Sholat Jamaah Selama Ramadhan

"Selain itu IBC bisa juga memproduksi energi storage, stabilizer, ataupun recycling industri ini," tutur Pahala.(*)


Baca juga