Seorang guru daerah terpencil, Wanti Palimbong mendapat bantuan warga mengangkat motornya ketika tergelincir dalam perjalanan menuju Desa Pulu'-Pulu' Kabupaten Toraja Utara, Tahun 2017.

Selain sinyal telepon yang kurang memadai, belum ada aliran listrik yang menjangkau desa ini. Hanya ada turbin sebagai alat bantu, itupun dioperasikan pada malam hari saja. Jika turbin rusak, tentu tidak ada penerangan di malam hari. 


Pernah sekali, turbin rusak selama sebulan. Suasana di malam hari gelap gulita. Lampu-lampu teplok dan obor kembali dinyalakan. Minyak tanah kembali didatangkan dari luar kampung.


Aktifitas warga praktis tidak semaksimal hari-hari biasa. Ponsel yang sering digunakan tergeletak karena tidak diisi daya. Komunikasi warga dengan dunia luar jadi terhenti.


Tidak ada lagi warga yang berdesakan di titik sinyal selama sebulan itu. Saya pun kewalahan mengajar karena contoh perangkat dan media pembelajaran tersimpan di laptop tanpa daya. 




Sebulan kemudian, turbin kembali beroperasi pertanda kehidupan di Desa Pulu’-Pulu kembali normal seperti hari-hari sebelumnya.


Momen yang paling menyedihkan buat saya adalah saat musim hujan tiba. Saat musim kemarau tanah menjadi sangat keras, jika musim hujan tanah menjadi sangat lembek, licin dan mudah longsor. 


Saya sangat ketakutan saat melewati jalan sepanjang sungai. Tidak ada ada rumah warga disana dan tidak ada bangunan tempat berteduh. Hanya ada deretan pohon rimbun yang membuat suasana terasa berbeda.

Tanah di sekitar agak berpasir, sehingga longsor dapat datang kapan saja terutama saat hujan turun. Saya maupun warga yang melintasi daerah ini harus bergegas agar tidak terkena longsor. 


Jika tidak demikian, kami bisa tertimbun atau terjatuh ke jurang. Tidak mudah untuk berlari karena lumpur setinggi lutut, apalagi jika membawa tas atau barang bawaan yang berat.


Baca: Benarkah Sepeda Kena Pajak? Justru Kemenhub Siapkan Regulasi Mendukung Keselamatan Pesepeda

Selama 2 tahun saya menyewa ojek karena kewalahan menghadapi medan yang berat itu. Sangat tidak mungkin bagi saya membawa kendaraan menempuh pendakian yang terjal dan penurunan yang curam.

Masih teringat saat saya menumpang ojek dari Kota Rantepao dalam keadaan mengandung 8 bulan. Ada rasa khawatir, tapi saya harus berangkat mengemban tugas.


Saya sangat beruntung karena dapat tiba dengan selamat bersama tukang ojek yang sudah sangat berpengalaman membawa penumpang di medan yang berat sekalipun.

Saya harus mengenakan sepatu boot atau memilih tidak beralas kaki untuk memudahkan perjalanan. Sepatu yang saya bawa dari Kota Rantepao sepertinya tidak layak lagi digunakan disini. 


Pernah sekali saya mencoba membawa motor sendiri. Di tengah jalan, tiba-tiba hujan turun dengan sangat derasnya.


Akhirnya saya meninggalkan motor dan berlari ke tempat yang lebih aman dalam keadaan basah kuyup.


Untung saja, longsor tidak terlalu besar dan motor saya aman meskipun butuh waktu lama untuk membawa motor sampai ke sekolah.


Saya harus meminta bantuan warga lain untuk mengangkat motor saya. Selain tanah longsor, angin kencang juga menjadi ancaman tersendiri.

>> Selanjutnya


Tags: daerah terpencil Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Sulsel Disdik Sulsel Gurdasus Guru Guru Daerah Khusus Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan tenaga pendidik

Baca juga